Nama
Baik Gurumu ada Padamu
Bismillah
wa bifadlillah, Allahuma sholi wa salim 'ala sayidina Muhammad wa 'ala alihi wa
ashabihi ajmain. Dewasa ini
kita sering menemui banyak permasalahan yang berujung pada perdebatan dan hasil dari perdebatan tersebut adalah pro dan kontra. Hal ini
kita temui dalam banyak hal, entah politik,
sosial, ekonomi, khusunya keilmuan (pengetahuan).
Ketika kita mendebatkan atau mempermasalahkan suatu hal, sering kita merasa paling
tepat dan benar, paling tahu, paling paham dan lain sebagainya. Sangat susah bagi seseorang untuk menerima
pendapat apabila rasa sombong masih melekat pada dirinya, mungkin termasuk saya
sendiri.
Perdebatan seperti ini sering terjadi pada para pelajar seperti kita ini,
kita mendebatkan suatu hal (ilmu / pengetahuan) yang seakan kita paling paham
dan benar tanpa mau mendengarkan pendapat yang lain, sebenernya hal ini baik, karena kita
bisa belajar bersama dan memperluas wawasan kita, tetapi
adakala dimana saat pelajar saling beradu argumen satu sama lain dan merasa memiliki argumen
yang paling benar hingga tidak menghiraukan argumen atau pendapat orang lain,
bahkan menghina dan menjatuhkan argumen atau pendapat orang lain tersebut tanpa
mau mendengarkannya, lebih lagi dia memakai argumen yang dipakai gurunya untuk
mendebat argumen dari temanya yang memakai argumen gurunya juga, jadi seolah
dia mengadu argumen guru dengan guru padahal berada di sekolah yang sama, contoh
:
Si A mempunyai pendapat bahwa gelas ini terisi setengah dan memakai argumen
dari bapak A, lalu si B berpendapat gelas ini setengah kosong bukan terisi
setengah dengan argumen dari bapak B, lalu mereka saling berdebat tanpa mau
mendengarkan yang lainya bahkan hingga saling menghina dan menjatuhkan, padahal
mereka berada di sekolah yang sama dan gurunya pun mengajar di sekolah
tersebut.
jika seperti ini terjadi, maka secara tidak langsung dia mengadu gurunya dan
menjelakan nama baik guru dan sekolahnya.
Sebagai pelajar kita harus cerdas dan pintar dalam
menyikapi hal seperti ini, setiap dari pelajar pasti belajar pada guru, dan
begitupun guru kita, hingga seterusnya. Jika kita menyalahkan pendapat teman
kita yang berbeda guru dengan kita, secara tidak langsung kita menyalahkan guru
tersebut. Ingatlah bahwa kita ini pelajar yang baru meyelam kedalam luasnya
samudera ilmu, sehebat apakah kita dibandingkan guru kita, kita hanya butiran
pasir yang tidak ada apa-apanya dibanding dengan mutiara yang bersinar. Jika
hal ini terjadi, apa kata orang-orang tentang gurumu dan sekolahmu..?,
disinilah peran kita sebagai pelajar yang dituntut cerdas dalam menyikapi hal
yang seperti ini.
Jika kita mempunyai pendapat yang berbeda dengan teman kita atau
sebaliknya, janganlah kita mendebatkanya apalagi jika ia mempelajarinya dari
seorang guru juga, maka sikap yang paling tepat adalah saling menghargai dan
mempelajari lebih dalam lagi mengenai hal tersebut, bukan menjatuhkan atau
menghina seolah kita paling benar dan paham, jangan pula memaksakan pendapat
kita agar diterima oleh orang lain, sebagaimana kita tidak mau dipaksakan
seperti itu, maka saling hargailah dan pelajari lebih lagi. Seperti inilah
seharusnya seorang pelajar, bukan menyalahkan dan merendahkan sesama teman,
jika kita semua melakukan ini, maka insyaAllah akan tercipta keharmonisan yang
sangat indah diantara para pelajar.
Ketahuilah
sebenernya guru-guru kita tidak berbeda pendapat, mereka hanya melihat suatu
hal dari sisi yang lain, karena perdebatan hanya ada pada orang yang tidak
berilmu, contoh dalam bahasa arab kita menemui ini :
باب الطهارة
Bisa dibaca “babu at-toharoh” karena dia khobar dari mubtada mahzduf (disembunyikan)
taqdirnya (aslinya) hadza babu at-toharoh.
Bisa dibaca “baba at-toharoh” karena dia maf’ul
dari fiil mahzduf (disembunyikan) taqdirnya
(aslinya) iqro/ifham baba at-toharoh.
Bisa dibaca “babi at-toharoh” karena dia ism
majrur taqdirnya (aslinya) iqro fi babi at-toharoh tetapi ini syadz (jarang digunakan).
Disini tidak ada yang salah dalam bacaan entah itu marfu (berharakat domah) atau mansub
(berharakat fathah) atau majrur (berharakat
kasroh), semuanya benar dan ada koidahnya masing-masing, karna kita tidak tahu
saja dan kita mendebatkanya, inilah bukti bahwa perdebatan hanya ada pada
orang-orang yang tidak berilmu.
Seperti inilah perumpamaan orang-orang yang sering mendebatkan hal-hal yang
belum ia ketahui, maka kita hanya harus mencari tahu apa dan kenapa dan
bagaimana, jika kita mengetahuinya maka kita akan faham kenapa demikian. Oleh
karena itu para pelajar harus benar-benar tahu sebelum dia memberitahu, karena
ini akan sangat merugikan banyak orang dan dia sendiri. Ingatlah segala sesuatu
pasti ada hikmahnya, termasuk dalam perbedaan pendapat yang terjadi di antara
kita dan ulama-ulama kita, maka jangan pernah mencela dan mencaci ulama, karena
mereka mempunyai kedudukan yang tidak kita ketahui kecuali kita bisa menjadi
seperti mereka. Jadi mari saling menghargai dan belajar lebih lagi, saling
mengingatkan, saling menasehati dan berlomba-lomba dalam kebaikan.
Tulisan ini hanya sebuah opini (pendapat), maka ambil baiknya saja, jika
kurang berkenan harap tinggalkan saja dan maaf atas segala hal yang sekiranya
kurang berkenan, sekian dan terima kasih. Wallahu a’lam bishowab.
Comments
Post a Comment