Skip to main content

Dalil atau Dalih



Dalil dan Dalih

Dalil dan dalih sebuah kata yang sering dipakai oleh suatu pihak yang bersebrangan untuk mengahadapi pihak lainya, bahkan tidak jarang juga sebuah pihak memotong dalil untuk dijadikan dalih bagi pihaknya.

Menurut KBBI “Dalil” berarti keterangan yang dijadikan bukti atau alasan suatu kebenaran (terutama berdasarkan ayat Al-Quran), sementara “dalih” berarti alasan yang (dicari-cari) untuk membenarkan suatu perbuatan. Kedua kata ini memang mirip dan sering juga kita jumpai, banyak dalil yang dijadikan sebagai dalih oleh pihak atau kelompok atau oknum tertentu untuk membenarkan perbuatanya.

            Orang kaya seringkali berdalil “Al-yadul-‘ulya khairun min al-yadis-sufla” (tangan di atas lebih baik dari tangan dibawah) dan orang miskin akan berdalil sebaliknya, seperti celakanya orang kikir atau bakhil.

Pemimpin atau penguasa jika berdalil mereka akan memakai “Athi’ullaha wa athi’urasul wa ulil-amri minkum” (taatlah kamu kepada Allah, taatlah kepada utusan-Nya dan para pemimpin), sementara orang-orang yang dipimpin akan berdalil tentang celakanya pemimpin yang tidak bertanggung jawab dan tidak berbuat adil.

Diatas merupakan beberapa contoh dalil yang dipakai untuk kepentingan masing-massing, baik untuk dalih pembenar atau untuk melawan pihak yang bersebrangan dan ini masih bisa diperpanjang hingga ke permasalahan lainya. Seperti orang alim yang mendalil keutaman ulama dan orang yang tidak alim akan mendalil celakanya orang yang alim tapi tidak mengamalkan ilmunya, seorang pria mendalil keutamaan kedudukan pria dihadapan wanita dan wanita berdalil bahwa surga ada di telapak kakinya dan masih banyak lainya : bos dan pegawai, guru dan murid, orang tua dan anak muda, orang tradisional dan orang modern dan lainya.

Dan sekarang hal semacam inipun masih terus terjadi dan berkelanjutan, entah sampai kapan akan berakhir. Pro dan kontra akan selalu ada dalam setiap permasalahan. Terbayangkah kalian jika ini semua dibalik, seorang yang dipimpin memakai dalil “Athi’ullaha wa athi’urasul wa ulil-amri minkum” (taatlah kamu kepada Allah, taatlah kepada utusan-Nya dan para pemimpin) dan seorang pemimpin memakai dan memegang teguh dalil tentang celakanya pemimpin yang tidak adil dan tidak bertanggung jawab, begitupun dengan si kaya dan miskin, si alim dan si tidak alim dan seterusnya. Hingga setiap pihak saling sadar dan mengetahui apa yang sedang dia jalani. Karena kebanyakan dari kita hanya memakai apa yang sesuai dengan kepentingan kita sendiri. Wallahu a’lam bishowab.

Bagaimana ?





____________________
Mengutip dari buku Gus Mus “soleh ritual soleh sosial”

Comments