Skip to main content

Keteladanan Syaikh Sa'aduddin At-Tiftazany dalam belajar



Futuh Ilmu dari Allah


Masa belajar adalah masa yang indah, dijalani dengan penuh kesabaran, kadang kita merasakan lelah dan keinginan untuk segera menguasai ilmu secara instan hal ini lumrah ada dibenak para pelajar. Ada juga pelajar yang tidak bisa belajar dengan baik dan tidak bisa menangkap pelajaran dengan baik bisa dibilang bebel. intinya dari semua ini adalah SABAR karena dalam menuntut ilmu yang dibutuhkan itu kesabaran dan kita juga harus menikmati prosesnya. Bukankah para masayikh bisa menguasai sebuah ilmu setelah puluhan tahun belajar, bukankah para masayikh berfatwa setelah puluhan tahun membaca, jadi tidak ada instant dalam masalah belajar.

             Ada kisah menarik dari Syaikh Mas’ud bin Umar bin Abdullah sa’aduddin At-Tiftazany (722- 793 H)  ketika beliau masih belajar dahulu. Beliau mempunyai guru bernama Syaikh A’dhuddin Al-Ijhy. Dikisahkan bahwa Syaikh Sa’aduddin merupakan seorang yang kurang pandai dalam belajar dan menangkap pelajaran dan bisa dikatakan bebel, setiap apa yang ia katakan dan bicarakan pasti diketawai oleh teman-temanya, dicemooh oleh teman-temanya hingga semua temanya menganggap bahwa beliau memang orang yang tak mungkin bisa dan paham pelajaran, walaupun temanya memperlakukan beliau seperti itu beliau tetap belajar dan termasuk pelajar yang rajin dan sabar, karena beliau tahu bahwa dirinya tidak pandai maka beliaupun selalu sungguh-sungguh dalam belajar dan tidak cepat menyerah.
Pada suatu hari beliau diajak oleh seseorang untuk pergi menuju suatu tempat, temanya berkata : “wahai Sa’aduddin ayo ikut aku kita pergi menuju suatu tempat untuk bertamasya”, lalu beliau menjawab : “saya tidak diciptakan untuk bertamasya” dan kala itu beliau sedang belajar dan membaca buku di tempat khalwat (tempat menyendiri untuk dzikir atau beribadah lainya). Setelah beberpa lama orang yang tadi pun kembali lagi dan berkata demikian, lalu beliaupun menolak lagi ajakan tersebut dan orang tadi berkata : “hei Sa’aduddin saya tidak pernah melihat murid yang lebih keras kepala dari dirimu” dan kejadian seperti ini terjadi tiga kali. Setelah itu orang tadi kembali dan berkata : “wahai Sa’aduddin kemarilah pergi bersamaku sesungguhnya Rasulullah Saw. Memanggilmu”, seketika Syaikh Sa’aduddin terdiam dan pada saat itu juga beliau pergi tanpa mempedulikan buku dan pelajaranya bahkan beliaupun berlari tanpa menggunakan alas kaki, setelah sampai di sebuah hutan bertemulah beliau dengan Rassulullah Saw (pertemuan yaqzoh atau dalam keadaan sadar bukan dalam mimpi). Sang Rasul pun berkata kepada Syaikh sa’ad dengan lembut : “wahai Sa’ad kenapa kau tidak kemari ketika aku memanggilmu”, lalu Syaikh Sa’aduddin   menjawab : “Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau mengetahui bahwa aku ini seorang yang tidak pandai dalam belajar, oleh karena itu aku selalu berusaha memahami pelajaranku walaupun itu sangat susah bagiku”, lalu Rasulullah menyuruhnya untuk mendekat dan membuka mulutnya, akhirnya beliau mendekat dan membuka mulutnya dan setelah itu Rasulullah memberikanya riiqihi As-syariif ­(air liur) dan ditelanlah oleh Syaikh Sa’aduddin, setelah kejadian ini beliau pulang ke rumahnya.
Keesokan harinya beliau menghadiri majlis ilmu dengan guru beliau Syaikh A’dhuddin al-ijy dan seperti biasanya beliau selalu bertanya dan meminta penjelasan sehingga pada saat itu teman-temanya ingin mencemooh dan mengejek beliau tapi hal tersebut dicegah oleh gurunya dan bahkan gurunya memanggil beliau dan memberikan tempat duduk samping beliau dan semenjak saat itu beliau menjadi Alim dan menguasai berbagai ilmu.

            Lihatlah bagaimana beliau bisa menjadi alim dan bisa menjadi orang yang hebat, karya-karya beliau sangat banyak dan salah satunya menjadi buku pelajaran di Universitas tertua dan terbaik keislamnya di dunia yaitu Universitas Al-Azhar, buku beliau dijadikan diktat perkuliahan tingkat satu pelajaran Mantiq.

Maka jangan sampai kita menilai orang lain lebih rendah dari kita karena kita tidak tahu kapan Allah memberikan Ilmu-Nya kepada seorang hamban dan kitapun tidak tahu bagaimana dia di masa mendatang nanti. Semoga para pembaca bisa mengambil ribuan hikmah dan manfaat dari keteladanan Beliau dalam belajar, sekian dan terima kasih.




Sumber : Ustadz Agung dalam Majlis ilmu Mantiq 
  
        
                          

Comments